Rabu, 11 Maret 2020

Pengertian Kurikulum Pendidikan Agama Kristen dan Sejarah Kurikulum di Indonesia

penulis: Ronika Silalahi
Nim: 18.04.11.7178
INSITUT AGAMA KRISTEN NEGERI TARUTUNG

a.      Pengertian Kurikulum  Menurut Para Ahli
Ø  Daniel Tanner dan laurel Tanner 
Kurikulum adalah pengalaman pembelajaran yang terarah dan terencana secara terstruktur melalui proses rekontruksi pengetahuan dan pengalaman secara sistematis yang berada dibawah pengawasan lembaga pendidikan sehingga pelajar memiliki motivasi dan minat belajar.
Ø  Inlow (1966)
Kurikulum adalah usaha menyeluruh dirancang khusus oleh sekolah dalam membimbing murid memperoleh hasil dari pelajaran yang telah ditentukan.
Ø  Hilda Taba (1962)
Kurikulum sebagai a plan of learning yang berarti bahwa kurikulum ialah sesuatu yang berarti bahwa kurikulum ialah sesuatu yang direncanakan untuk untuk dipelajari oleh siswa yang memuat rencana untuk peserta didik.
Ø  Kerr J. F (1968)
Kurikulum adalah sebuah pembelajaran yang dirancang dan dilaksankan dengan individu dan berkelompok baik diluar maupun didalam sekolah.
Ø  George A Beacman (1976)
Kurikulum ialah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran peserta didik melaui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Ø  Neagley dan Evans 
Kurikulum adalah semua pengalaman yang telah dirancang oleh pihak sekolah untiuk menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar dan kemampuan siswa yang paling baik.
Ø  Good V Carter (1973)
Kurikulum adalah kelompok pelajaran yang sistematik atau urutan subjek yang di poersyaratkan untuk lulus atau sertifikasi dalam pelajaran mayor.
Ø  Dr. H. Nana Sudjana 
Kurikulum adalah niat dan harapan yang dituangkan ke dalam bentuk rencana maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah. Kurikulum sebagai niat dan rencana, sedangkan pelaksanaan adalah proses belajar mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan peserta didik.
Ø  Prof. Dr. Henry guntur Tarigan 
Kurikulum adalah suatu formulasi pedagogis yang termasuk paling utama dan terpenting dalam konteks proses belajar mengajar.
Ø  Prof. Dr. S Nasution, MA
Kurikulum adalah sebagai rencana yang disusun untuk melanjutkan proses kegiatan belajar mengajar dibawah naungan, bimbingan, dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan.
Berdasarkan defenisi diatas dapat disumpulkan oleh penulis bahwa Kurikulum Pendidikan Agama Kristen adalah suatu rencana Pendidikan Agama Kristen yang mengajarkan kebenaran tentang  Alkitab agar terwujudnya sebuah tujuan Pendidikan Agama yang berlangsung pada suatu periode tertentu dan menjadikan Yesus Kristus sebagi Guru Agung.
b.      Pengertian PAK Menurut Para Ahli
Ø  Menurut Hieronimus (345-420),
PAK adalah pendidikan yang bertujuan mendidik jiwa sehingga menjadi Bait Tuhan."Karena itu haruslah kamu sempuma sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Mat. 5:48). 
Ø  Menurut Agustinus (345-430),
PAK adalah pendidikan mengajar orang supaya "melihat Allah" dan "hidup bahagia".Dalam pendidikan ini, para pelajar sudah diajar secara lengkap dari ayat pertama Kitab Kejadian "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi" hingga "arti penciptaan itu pada masa gereja sekarang".Pelajaran Alkitab difokuskan pada perbuatan Allah.
Ø  C. L. J. Sherrill (1892-1957)
Menjelaskan bahwa PAK bertujuan mem- perkenalkan Alkitab kepada pelajar sehingga mereka siap menjumpai dan men- jawab Allah, memperlancar komunikasi secara mendalam antarpribadi tentang keprihatinan insani, serta mempertajam kemampuan menerima fakta bahwa mereka dikuasai kekuatan dan kasih Allah yang memperbaiki , menebus, dan menciptakan kembali. 
Ø  Campbell Wyckoff (1957) menyatakan bahwa PAK
Menyadarkan setiap orang akan Allah dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus, agar mereka mengetahui diri dan keadaan mereka yang sebenarnya, serta bertumbuh sebagai anak Allah dalam persekutuan Kristen, memenuhi panggilan bersama sebagai murid Yesus di dunia, dan tetap percaya pada pengharapan Kristen. 
Ø  Menurut Martin Luther (1483-1548),
PAK adalah pendidikan yang me- libatkan jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka dan bersukacita dalam firman Yesus Kristus yang memerdekakan. Di - samping itu, PAK memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya yang berkaitan dengan pengalaman berdoa, firman tertulis (Alkitab), dan berbagai kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesama, termasuk masyarakat dan negara, serta mengambil bagian dengan bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen. 
Ø  Werner C. Graendorf (1976)
Menyatakan bahwa PAK adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung pada kuasa Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan, melalui pengajaran masa kini ke arah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, dan berpusat kepada Kristus Sang Guru Agung dan perintah yang mendewakan para murid.
Ø  Dewan Nasional Gereja-gereja Kristus di USA (1952)
Menyatakan bah- wa pendidikan agama Kristen adalah proses pengajaran agar pelajar semakin bertumbuh menafsirkan dan mempertimbangkannya dalam kehidupan sehari- hari. Dalam hal ini, pendidikan agama Kristen memanfaatkan pengalaman beragama umat manusia sepanjang abad agar menghasilkan gaya hidup kristiani. Tujuan pendidikan agama Kristen adalah memampukan orang menyadari kasih Allah sebagaimana dinyatakan dalam Yesus Kristus, dan menanggapi kasih tersebut melalui iman dan sarana yang akan menolong mereka bertumbuh sebagai anak Allah, hidup sesuai kehendak Allah, dan bersekutu dengan sesama." 
Ø  Sidang Raya Gereja Presbiterian USA (1947)
Menyatakan bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang bertujuan mengajar jemaat untuk menjadi murid Yesus Krisus. Diharapkan mereka dapat menemukan kehendak Allah, kemudian melaksanakannya di lingkungan setempat, nasional, dan inter- nasional.
Ø  Gereja Kongregasional, Evangelikal, dan Reformed bergabung di USA (1957)
Untuk menyatakan bahwa PAK bertujuan membawa orang ke dalam persekutuan Kristen, membimbing dalam iman dan panggilan Kristen supaya menerima pengampunan dan kekuatan bagi kehidupan baru dari Allah dengan ucapan syukur dan ketaatan serta dimampukan bertumbuh secara matang sebagai pribadi Kristen dan menjadi orang yang setia melaks anakan panggilan gereja. 
Ø  Dalam Konferensi Kajian PAK di Sukabumi (1955), EG Homrighaussen Mengemukakan bahwa tujuan PAK adalah pelajaran bagi orang muda dan tua agar memasuki persekutuan yang hidup dengan, oleh, dan dalam Dia sehingga terisap dalam persekutuan yang mengakui dan memuliakan nama-Nya di segala waktu dan tempat. 
Berdasarkan beberapa pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama kristen adalah  pendidikan dimana pengajarannya berdasarkan Alkitab sebagai firman Allah,dan menjadikan Kristus sebagai Guru Agung, dan bertujuan untuk mendewasakan murid.



SEJARAH KURIKULUM INDONESIA
Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap.Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,





1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006.Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Ø  Rencana Pelajaran 1947 
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan.Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran.Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
Ø  Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952.“Silabus mata pelajarannya jelas sekali.seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964.Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
Ø  Kurikulum 1968 
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat.“Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya.Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
Ø  Kurikulum 1975 
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
Ø  Kurikulum 1984 
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan.Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta — sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992.Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional.Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA.Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah.Penolakan CBSA bermunculan.
Ø  Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.“Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan.
Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat.Dari muatan nasional hingga lokal.Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum.Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999.Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
Ø  Kurikulum 2004 
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa.Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian.Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.
Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.
Ø  KTSP 2006 
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada.Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
Ø  Kurikulum 2013 
Ini adalah kurikulum peralihan kekuasaan antara presiden SBY ke presiden jokowi, sehingga terjadi penundaan yang dilakukan oleh menteri Anis Baswedan.  Beberapapihak bingung padahal Anis juga ikut menjadi tim di era SBY kok setelah menjadi enteri malah di pending di beberapa tempat.


 



Perbedaan kurikulum di Indonesia dengan kurikulum luar negeri
(INDONESIA-MALAYSIA-SINGAPORE-USA)
Buku Campbell yang merupakan salah satu rujukan dari berbagai negara tidak selalu digunakan dalam penyampaian materi biologi di setiap negara. Hal ini dikarenakan pada buku Campbell yang tersusun secara sistematis, mulai dari pengenalan cabang ilmu biologi, ruang lingkup, hirarki kehidupan terkecil sampai terbesar dan interaksinya dengan lingkungan, bertentangan dengan teori piaget sebagaimana diungkapkan oleh Piaget yakni adanya 5 tahapan perkembangan yaitu tahap sensorik-motorik (usia 0-2 tahun), tahap prekonsep (usia 2-4 tahun), tahap intuisi (usia 4-7 tahun), tahap operasional konkrit (usia 7-11 tahun) dan tahap operasinal formal (usia 11-15 tahun). Sehingga menurut piaget proses berpikir siswa seharusnya dari kongkrit ke abstrak.
Sedangkan materi yang di ajarkan pada kurikulum SMP di Indonesia bermula dari materi yang kongkrit ke abstrak dan materi yang di ajarkan di kelas 1 lebih mendasar daripada materi yang di ajarkan di kelas 2 dan kelas 3. Adapun penyusunan kurikulum di Indonesia disusun oleh DEPDIKNAS yang berdasarkan pada BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan).Hal ini agar terdapat keseragaman materi pelajaran di berbagai wilayah.
Kurikulum pendidikan Singapura bertujuan untuk mendidik anak yang berpotensi penuh, untuk menemukan talenta dan untuk mengembangkan dalam dirinya semangat untuk belajar seumur hidup.Siswa melalui berbagai pengalaman untuk mengembangkan keterampilan dan nilai-nilai yang mereka perlukan untuk hidup.
Kurikulum pendidikan Singapura ternyata tidak jauh berbeda dari kurikulum pendidikan di Indonesia. Mereka juga punya ujian nasional (UN) bagi semua siswa setiap yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Namun jenjang pendidikan di Singapura itu agak rumit dibandingkan dengan jenjang pendidikan di Indonesia.Adapun kesamaan lainnya yaitu dalam penyusunan materi pembelajaran kurikulum singapura mengkolaborasikan dan mensinergikan antara pedagogik dengan teori, hal ini seperti halnya pada penyusunan materi pembelajaran di Indonesia.  Adapun penyusun kurikulum di Singapura adalah  departemen Pendidikan (MOE).
Departemen Pendidikan (MOE) memastikan keseimbangan, ketelitian, relevansi dan respon dari kurikulum untuk memenuhi kebutuhan abad ke-21. Guru harus berfokus pada pengajaran untuk bertahan pemahaman dan keterampilan. Penilaian harus dikontekstualisasikan dan dibuat lebih otentik untuk membekali siswa dengan keterampilan dan sikap untuk menghadapi masalah baru dan isu-isu yang akan datang mereka jalan.

Dalam penyusunan kurikulum Malaysia, banyak mengandung materi pembelajaran mengenai kesehatan lingkungan seperti polusi air, udara, makanan dll. Selain itu terdapat juga materi mengenai kesehatan tubuh atau materi mengenai penyakit-penyakit menular yang mungkin menjangkiti manusia, dengan segala cara penyebarannya. Penyajian atau pemaparan materi lebih banyak di analogikan dengan contoh nyata atau kejadian sejarah masa lalu (perang dunia I, perang perancis dan india, sejarah kerajaan mesir atau kejadian penting di new mexico), juga di analogikan dengan contoh-contoh yang mudah dipahami oleh siswa sehingga materi pelajaran bersifat aplikatif.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan implementasi kurikulum tersebut dengan kurikulum Indonesia pada tahun 1947, 1964 dan 1968.Hal ini dikarenakan Malaysia pernah belajar pada Indonesia dengan menggunakan kurikulum tersebut dan masih diterapkan secara konsisten sampai saat ini.
Media yang digunakan dalam menunjang pembelajaran banyak yang menggunakan fasilitas internet seperti game online, situs-situs dan blog yang memuat modul/materi pembelajaran, siswa di informasikan alamat-alamat situs tersebut dan tinggal membukanya saat belajar.Selain itu digunakan juga fasilitas persentasi power point yang dapat mengoptimalkan penyampaian materi terutama yang menuntut penayangan gambar.
Dalam kurikulum ini juga lebih menekankan proses pembelajaran yang lebih mengutamakan praktek dari pada hanya penjelasan-penjelasan teori saja.
Fasilitas-fasilitas diatas memungkinkan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih maksimal.Maka pantaslah jika Malaysia pada saat ini perkembangan pendidikannya semakin maju dengan pesat.
Dalam penyusunan kurikulum SMP di USA (California) terdapat nilai yang diperdebatkan di bidang pendidikan yaitu persamaan, efisiensi, otonomi,dan berkualitas tinggi. Selain itu kebijakan pendidikan USA ditentukan oleh masyarakat lokal dan negara bagian (states).Dengan demikian isi kurikulum sangat beragam, disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan negara bagian tersebut. Proses pengembangan kurikulum dipusatkan pada tingkat negara bagian, namun guru dan sekolah diperkenankan mendesain program sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan negara bagian sehingga tiap sekolah memiliki sistem yang berbeda-beda. Sedangkan mekanisme evaluasi pendidikannya mengacu pada persamaan, efisiensi, otonomi,dan berkualitas tinggi.
Pada kurikulum USA lebih banyak porsi teknologi dibandingkan porsi pedagogiknya.Hal ini dikarenakan unsur politik sebagai negara maju berpengaruh didalamnya.  Contohnya pada buku biologi matthew materi tumbuhan dan ekologi itu direduksi pada grade 7-9 (SMP), yang nantinya akan di perdalam di tingkat lebih lanjut (grade 10-12).

sekian dan terimakasi. apabila ada kesalahan penulis, penulis minta maaf. penulis mengharapkan komentar yang membangun dibawah ini yah reader. syalommm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar