Nim: 18.04.11.7178
INSITUT AGAMA KRISTEN NEGERI TARUTUNG
a. Pengertian
Kurikulum Menurut Para Ahli
Ø Daniel Tanner dan laurel Tanner
Kurikulum adalah pengalaman pembelajaran yang
terarah dan terencana secara terstruktur melalui proses rekontruksi pengetahuan
dan pengalaman secara sistematis yang berada dibawah pengawasan lembaga
pendidikan sehingga pelajar memiliki motivasi dan minat belajar.
Ø Inlow (1966)
Kurikulum adalah usaha menyeluruh dirancang
khusus oleh sekolah dalam membimbing murid memperoleh hasil dari pelajaran yang
telah ditentukan.
Ø Hilda Taba (1962)
Kurikulum sebagai a plan of learning yang
berarti bahwa kurikulum ialah sesuatu yang berarti bahwa kurikulum ialah
sesuatu yang direncanakan untuk untuk dipelajari oleh siswa yang memuat rencana
untuk peserta didik.
Ø Kerr J. F (1968)
Kurikulum adalah sebuah pembelajaran yang
dirancang dan dilaksankan dengan individu dan berkelompok baik diluar maupun
didalam sekolah.
Ø George A Beacman (1976)
Kurikulum ialah dokumen tertulis yang mengandung
isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata
pelajaran peserta didik melaui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu,
rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Ø Neagley dan Evans
Kurikulum adalah semua pengalaman yang telah
dirancang oleh pihak sekolah untiuk menolong para siswa dalam mencapai hasil
belajar dan kemampuan siswa yang paling baik.
Ø Good V Carter (1973)
Kurikulum adalah kelompok pelajaran yang
sistematik atau urutan subjek yang di poersyaratkan untuk lulus atau
sertifikasi dalam pelajaran mayor.
Ø Dr. H. Nana Sudjana
Kurikulum adalah niat dan harapan yang
dituangkan ke dalam bentuk rencana maupun program pendidikan yang dilaksanakan
oleh para pendidik di sekolah. Kurikulum sebagai niat dan rencana, sedangkan
pelaksanaan adalah proses belajar mengajar. Yang terlibat didalam proses
tersebut yaitu pendidik dan peserta didik.
Ø Prof. Dr. Henry guntur Tarigan
Kurikulum adalah suatu formulasi pedagogis
yang termasuk paling utama dan terpenting dalam konteks proses belajar
mengajar.
Ø Prof. Dr. S Nasution, MA
Kurikulum adalah sebagai rencana yang disusun
untuk melanjutkan proses kegiatan belajar mengajar dibawah naungan, bimbingan,
dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan.
Berdasarkan defenisi diatas dapat
disumpulkan oleh penulis bahwa Kurikulum Pendidikan Agama Kristen adalah suatu rencana Pendidikan Agama Kristen yang
mengajarkan kebenaran tentang Alkitab agar terwujudnya sebuah tujuan
Pendidikan Agama yang berlangsung pada suatu periode tertentu dan menjadikan
Yesus Kristus sebagi Guru Agung.
b. Pengertian
PAK Menurut Para Ahli
Ø Menurut Hieronimus (345-420),
PAK
adalah pendidikan yang bertujuan mendidik jiwa sehingga menjadi Bait
Tuhan."Karena itu haruslah kamu sempuma sama seperti Bapamu yang di sorga
adalah sempurna" (Mat. 5:48).
Ø Menurut Agustinus (345-430),
PAK
adalah pendidikan mengajar orang supaya "melihat Allah" dan
"hidup bahagia".Dalam pendidikan ini, para pelajar sudah diajar
secara lengkap dari ayat pertama Kitab Kejadian "Pada mulanya Allah
menciptakan langit dan bumi" hingga "arti penciptaan itu pada masa
gereja sekarang".Pelajaran Alkitab difokuskan pada perbuatan Allah.
Ø C. L. J. Sherrill (1892-1957)
Menjelaskan
bahwa PAK bertujuan mem- perkenalkan Alkitab kepada pelajar sehingga mereka
siap menjumpai dan men- jawab Allah, memperlancar komunikasi secara mendalam
antarpribadi tentang keprihatinan insani, serta mempertajam kemampuan menerima fakta
bahwa mereka dikuasai kekuatan dan kasih Allah yang memperbaiki , menebus, dan
menciptakan kembali.
Ø Campbell Wyckoff (1957) menyatakan bahwa PAK
Menyadarkan
setiap orang akan Allah dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus, agar mereka
mengetahui diri dan keadaan mereka yang sebenarnya, serta bertumbuh sebagai
anak Allah dalam persekutuan Kristen, memenuhi panggilan bersama sebagai murid
Yesus di dunia, dan tetap percaya pada pengharapan Kristen.
Ø Menurut Martin Luther (1483-1548),
PAK
adalah pendidikan yang me- libatkan jemaat untuk belajar teratur dan tertib
agar semakin menyadari dosa mereka dan bersukacita dalam firman Yesus Kristus
yang memerdekakan. Di - samping itu, PAK memperlengkapi mereka dengan sumber
iman, khususnya yang berkaitan dengan pengalaman berdoa, firman tertulis
(Alkitab), dan berbagai kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesama,
termasuk masyarakat dan negara, serta mengambil bagian dengan bertanggung jawab
dalam persekutuan Kristen.
Ø Werner C. Graendorf (1976)
Menyatakan
bahwa PAK adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab,
berpusat pada Kristus, dan bergantung pada kuasa Roh Kudus, yang membimbing
setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan, melalui pengajaran masa kini ke
arah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam
setiap aspek kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif,
dan berpusat kepada Kristus Sang Guru Agung dan perintah yang mendewakan para
murid.
Ø Dewan Nasional Gereja-gereja Kristus di USA
(1952)
Menyatakan
bah- wa pendidikan agama Kristen adalah proses pengajaran agar pelajar semakin
bertumbuh menafsirkan dan mempertimbangkannya dalam kehidupan sehari- hari.
Dalam hal ini, pendidikan agama Kristen memanfaatkan pengalaman beragama umat manusia
sepanjang abad agar menghasilkan gaya hidup kristiani. Tujuan pendidikan agama
Kristen adalah memampukan orang menyadari kasih Allah sebagaimana dinyatakan
dalam Yesus Kristus, dan menanggapi kasih tersebut melalui iman dan sarana yang
akan menolong mereka bertumbuh sebagai anak Allah, hidup sesuai kehendak Allah,
dan bersekutu dengan sesama."
Ø Sidang Raya Gereja Presbiterian USA (1947)
Menyatakan
bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang bertujuan mengajar jemaat
untuk menjadi murid Yesus Krisus. Diharapkan mereka dapat menemukan kehendak
Allah, kemudian melaksanakannya di lingkungan setempat, nasional, dan inter-
nasional.
Ø Gereja Kongregasional, Evangelikal, dan
Reformed bergabung di USA (1957)
Untuk
menyatakan bahwa PAK bertujuan membawa orang ke dalam persekutuan Kristen,
membimbing dalam iman dan panggilan Kristen supaya menerima pengampunan dan
kekuatan bagi kehidupan baru dari Allah dengan ucapan syukur dan ketaatan serta
dimampukan bertumbuh secara matang sebagai pribadi Kristen dan menjadi orang
yang setia melaks anakan panggilan gereja.
Ø Dalam Konferensi Kajian PAK di Sukabumi
(1955), EG Homrighaussen Mengemukakan
bahwa tujuan PAK adalah pelajaran bagi orang muda dan tua agar memasuki
persekutuan yang hidup dengan, oleh, dan dalam Dia sehingga terisap dalam
persekutuan yang mengakui dan memuliakan nama-Nya di segala waktu dan
tempat.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas
penulis dapat menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama kristen adalah pendidikan dimana pengajarannya berdasarkan
Alkitab sebagai firman Allah,dan menjadikan Kristus sebagai Guru Agung, dan
bertujuan untuk mendewasakan murid.
SEJARAH KURIKULUM INDONESIA
Sejarah
kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan,
sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang
jelas dan mantap.Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum
pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952,
1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006.Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Ø
Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum
pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan.Dalam bahasa
Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa
Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan
Pancasila.
Rencana
Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.Sejumlah kalangan
menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus
garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan
pikiran.Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat,
materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap
kesenian dan pendidikan jasmani.
Ø
Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum
ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai
1952.“Silabus mata pelajarannya jelas sekali.seorang guru mengajar satu mata
pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode
1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan
Tanjung Pinang, Riau.
Di
penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum
1964.Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral
(Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang
studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis.
Ø
Kurikulum 1968
Usai
tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964.
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah:
bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik
untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum
1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Dari
segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan
pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran
Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia
Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi
pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak
menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat.“Hanya memuat mata pelajaran
pokok-pokok saja,” katanya.Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak
mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi
apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
Ø
Kurikulum 1975
Kurikulum
1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur
Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode,
materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI).Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu
rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi:
petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak
dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.
Ø
Kurikulum 1984
Kurikulum
1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum
1975 yang disempurnakan”.Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan.Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh
penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP
Jakarta — sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992.Konsep CBSA
yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara
nasional.Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA.Yang terlihat
adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada
tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model
berceramah.Penolakan CBSA bermunculan.
Ø
Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum
1999
Kurikulum
1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya.“Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum
1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan.
Sayang,
perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban
belajar siswa dinilai terlalu berat.Dari muatan nasional hingga lokal.Materi
muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa
daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.Berbagai kepentingan
kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam
kurikulum.Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.Kejatuhan
rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999.Tapi
perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
Ø
Kurikulum 2004
Bahasa
kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).Setiap pelajaran diurai berdasar
kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa.Sayangnya, kerancuan muncul bila
dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian.Ujian akhir sekolah
maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang
ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian
yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.
Meski
baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota
besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan.
Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat
kurikulum.
Ø
KTSP 2006
Awal
2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian
target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak
perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru
lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan
lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada.Hal ini disebabkan
karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan
telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.Jadi pengambangan
perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan
kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi
pemerintah Kabupaten/Kota.
Ø
Kurikulum 2013
Ini
adalah kurikulum peralihan kekuasaan antara presiden SBY ke presiden jokowi,
sehingga terjadi penundaan yang dilakukan oleh menteri Anis Baswedan.
Beberapapihak bingung padahal Anis juga ikut menjadi tim di era SBY kok setelah
menjadi enteri malah di pending di beberapa tempat.
Perbedaan kurikulum di Indonesia dengan kurikulum luar
negeri
(INDONESIA-MALAYSIA-SINGAPORE-USA)
Buku Campbell yang merupakan salah satu rujukan dari berbagai negara
tidak selalu digunakan dalam penyampaian materi biologi di setiap negara. Hal
ini dikarenakan pada buku Campbell yang tersusun secara sistematis, mulai dari
pengenalan cabang ilmu biologi, ruang lingkup, hirarki kehidupan terkecil
sampai terbesar dan interaksinya dengan lingkungan, bertentangan dengan teori
piaget sebagaimana diungkapkan oleh Piaget yakni adanya 5 tahapan perkembangan
yaitu tahap sensorik-motorik (usia 0-2 tahun), tahap prekonsep (usia 2-4
tahun), tahap intuisi (usia 4-7 tahun), tahap operasional konkrit (usia 7-11
tahun) dan tahap operasinal formal (usia 11-15 tahun). Sehingga menurut piaget
proses berpikir siswa seharusnya dari kongkrit ke abstrak.
Sedangkan materi yang di ajarkan pada kurikulum SMP di Indonesia bermula dari materi yang kongkrit
ke abstrak dan materi yang di ajarkan di kelas 1 lebih mendasar daripada materi
yang di ajarkan di kelas 2 dan kelas 3. Adapun penyusunan kurikulum di
Indonesia disusun oleh DEPDIKNAS yang berdasarkan pada BNSP (Badan Nasional
Standar Pendidikan).Hal ini agar terdapat keseragaman materi pelajaran di berbagai
wilayah.
Kurikulum pendidikan Singapura bertujuan
untuk mendidik anak yang berpotensi penuh, untuk menemukan talenta dan untuk
mengembangkan dalam dirinya semangat untuk belajar seumur hidup.Siswa melalui
berbagai pengalaman untuk mengembangkan keterampilan dan nilai-nilai yang
mereka perlukan untuk hidup.
Kurikulum pendidikan Singapura ternyata tidak jauh berbeda dari
kurikulum pendidikan di Indonesia. Mereka juga punya ujian nasional (UN) bagi
semua siswa setiap yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Namun jenjang pendidikan di Singapura itu agak rumit dibandingkan dengan
jenjang pendidikan di Indonesia.Adapun kesamaan lainnya yaitu dalam penyusunan
materi pembelajaran kurikulum singapura mengkolaborasikan dan mensinergikan
antara pedagogik dengan teori, hal ini seperti halnya pada penyusunan materi
pembelajaran di Indonesia. Adapun penyusun kurikulum di Singapura
adalah departemen Pendidikan (MOE).
Departemen Pendidikan (MOE) memastikan keseimbangan, ketelitian,
relevansi dan respon dari kurikulum untuk memenuhi kebutuhan abad ke-21. Guru
harus berfokus pada pengajaran untuk bertahan pemahaman dan keterampilan.
Penilaian harus dikontekstualisasikan dan dibuat lebih otentik untuk membekali
siswa dengan keterampilan dan sikap untuk menghadapi masalah baru dan isu-isu
yang akan datang mereka jalan.
Dalam penyusunan kurikulum Malaysia,
banyak mengandung materi pembelajaran mengenai kesehatan lingkungan seperti
polusi air, udara, makanan dll. Selain itu terdapat juga materi mengenai
kesehatan tubuh atau materi mengenai penyakit-penyakit menular yang mungkin
menjangkiti manusia, dengan segala cara penyebarannya. Penyajian atau pemaparan
materi lebih banyak di analogikan dengan contoh nyata atau kejadian sejarah
masa lalu (perang dunia I, perang perancis dan india, sejarah kerajaan mesir
atau kejadian penting di new mexico), juga di analogikan dengan contoh-contoh
yang mudah dipahami oleh siswa sehingga materi pelajaran bersifat aplikatif.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan implementasi
kurikulum tersebut dengan kurikulum Indonesia pada tahun 1947, 1964 dan
1968.Hal ini dikarenakan Malaysia pernah belajar pada Indonesia dengan
menggunakan kurikulum tersebut dan masih diterapkan secara konsisten sampai
saat ini.
Media yang digunakan dalam menunjang pembelajaran banyak yang
menggunakan fasilitas internet seperti game online, situs-situs dan blog yang
memuat modul/materi pembelajaran, siswa di informasikan alamat-alamat situs
tersebut dan tinggal membukanya saat belajar.Selain itu digunakan juga
fasilitas persentasi power point yang dapat mengoptimalkan penyampaian materi
terutama yang menuntut penayangan gambar.
Dalam kurikulum ini juga lebih menekankan proses pembelajaran yang lebih
mengutamakan praktek dari pada hanya penjelasan-penjelasan teori saja.
Fasilitas-fasilitas diatas memungkinkan siswa untuk mendapatkan hasil
belajar yang lebih maksimal.Maka pantaslah jika Malaysia pada saat ini
perkembangan pendidikannya semakin maju dengan pesat.
Dalam penyusunan kurikulum SMP di USA (California) terdapat nilai yang
diperdebatkan di bidang pendidikan yaitu persamaan, efisiensi, otonomi,dan
berkualitas tinggi. Selain itu kebijakan pendidikan USA ditentukan oleh
masyarakat lokal dan negara bagian (states).Dengan demikian isi kurikulum sangat
beragam, disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan negara bagian tersebut.
Proses pengembangan kurikulum dipusatkan pada tingkat negara bagian, namun guru
dan sekolah diperkenankan mendesain program sesuai dengan petunjuk yang
dikeluarkan negara bagian sehingga tiap sekolah memiliki sistem yang
berbeda-beda. Sedangkan mekanisme evaluasi pendidikannya mengacu pada
persamaan, efisiensi, otonomi,dan berkualitas tinggi.
Pada kurikulum USA lebih banyak porsi teknologi dibandingkan porsi
pedagogiknya.Hal ini dikarenakan unsur politik sebagai negara maju berpengaruh
didalamnya. Contohnya pada buku biologi matthew materi tumbuhan dan
ekologi itu direduksi pada grade 7-9 (SMP), yang nantinya akan di perdalam di
tingkat lebih lanjut (grade 10-12).








